Seatoday.com, Jakarta Bank Indonesia memiliki sejarah yang panjang. Perjalanannya di tanah Nusantara telah dimulai sejak tahun 1828. Pada masa itu, Pemerintah Belanda membangun sebuah bank bernama De Javasche Bank (DJB) di daerah Batavia (sekarang Jakarta). Bank DJB ini memiliki hak istimewa sebagai bank sirkulasi yang izinnya diperpanjang setiap 10 tahun sekali. Tugasnya adalah mencetak serta mengedarkan mata uang Gulden di wilayah Hindia Belanda (sekarang Indonesia).
Tahun 1829-1942
Memasuki tahun 1829 sampai 1870, DJB melakukan ekspansi ekonomi Kolonial Belanda dengan membuka kantor cabang di 7 kota yang ada di Hindia Belanda. Antara lain di Cirebon, Semarang, Solo, Surabaya, Pasuruan, Padang, dan Makassar. Pada masa ini juga, Pemerinta Hindia Belanda menggunakan De Javasche Bank untuk mendukung kebijakan finansial melalui sistem Tanam Paksa. Ekspansi pun terus berlanjut, terhitung selama tahun 1870 sampai 1942, DJB telah membangun 15 kantor cabang tambahan yang tersebar di Pulau Jawa, Sumatera, dan Sulawesi.
Masa Pendudukan Jepang dan Awal Kemerdekaan
Setelah Jepang berhasil menduduki Indonesia, pada tahun 1943 pemerintahan Militer Jepang melikuidasi atau membubarkan De Javasche Bank. Sebagai gantinya, Jepang mendirikan Nanpo Kaihatsu Ginko yang artinya bank untuk perkembangan wilayah selatan. Ketika Indonesia Merdeka pada tahun 1945, Indonesia pun mendirikan bank sirkulasi bernama Bank Negara Indonesia (BNI).
Hal ini merupakan upaya untuk mencetak dan menerbitkan uang dengan nama Oeang Repoeblik Indonesia (ORI). Pada awal-awal kemerdekaan ini, pemerintah Belanda melalui NICA (Netherlands Indies Civil Administration) berusaha menduduki Indonesia kembali. Mereka juga kembali mendirikan De Javasche Bank untuk mengedarkan uang NICA. Kondisi ini kemudian memunculkan perang mata uang (currency war) antara ORI dan uang NICA.
1 Juli 1953: Bank Indonesia Berdiri
Belanda akhirnya mengakui kemerdekaan Indonesia pada tahun 1949 melalui Konferensi Meja Bundar (KMB). Konferensi ini juga menetapkan, meski Indonesia merdeka, tapi bank DJB harus tetap menjadi bank sirkulasi di Indonesia yang sahamnya dipegang oleh Belanda. Sampai akhirnya Indonesia melakukan proses nasionalisasi dengan membeli kepemilikan saham DJB sebesar 95%. Dan pada 1 Juli 1953, Bank Indonesia resmi berdiri untuk pertama kalinya menggantikan DJB.
Wah, perjalanan yang cukup panjang, ya?