Alat Pembayaran di Nusantara dari Masa ke Masa

Alat Pembayaran di Nusantara dari Masa ke Masa

Seatoday.com, Jakarta Sejak masa kerajaan, Nusantara telah memiliki bentuk mata uangnya sendiri. Bahkan ada picis, mata uang asing asal Tiongkok yang juga ikut mendominasi peredaran uang kala itu. Setelah bangsa Eropa masuk ke Nusantara pada abad ke-16, lalu kerajaan-kerajaan mulai runtuh, perlahan mata uang yang beredar juga berubah.


Masa Kerajaan Hindu-Buddha


Memasuki masa Kerajaan Hindu-Buddha, alat pembayaran telah mengalami perkembangan. Di Jawa, Kerajaan Jenggala menggunakan mata uang Krisnala (uang Ma) yang terbuat dari emas dan perak. Di luar Jawa, ada Kerajaan Buton pada abad ke-19 yang menggunakan uang Kampua. Lalu pada masa Kerajaan Majapahit ada uang Gobog yang terbuat dari tembaga.


Masa Kerajaan Islam


Pada masa kerajaan Islam, beredar berbagai jenis mata uang yang dikeluarkan oleh kerajaan-kerajaan Islam. Umumnya mata uang tersebut bertuliskan angka dan huruf dalam bahasa Arab. Uang-uang ini bahkan bisa ditukar dengan dengan uang asing, misal 16 emas (dirham) Aceh sama dengan 1 Real Spanyol, 5 dirham Aceh sama dengan 4 Shilling Inggris.


Masa Pemerintahan Hindia Belanda


Ketika serikat dagang Belanda (VOC) datang ke Nusantara pada awal tahun 1600-an, Belanda mengganti semua mata uang yang beredar di Nusantara. Beberapa jenis uang yang sempat beredar di masa VOC dan Pemerintahan Belanda antara lain Real Belanda, Rijksdaalder, Duit, Ropij Jawa, dan Gulden. Umumnya uang-uang ini terbuat dari emas, perak, dan tembaga. Dan untuk pertama kalinya, di masa ini beredar pula uang kertas di Nusantara.


Masa Pendudukan Jepang dan Perang Kemerdekaan


Saat Jepang berhasil masuk ke Indonesia, Jepang juga melarang penggunaan uang selain yang dikeluarkan oleh Pemerintahan Militer Jepang. Sebagai gantinya, diterbitkanlah uang kertas yang disebut invasi. Saat Jepang kalah di Perang Dunia ke-2, Indonesia kemudian menyatakan kemerdekaan dan menerbitkan ORI (Oeang Repoeblik Indonesia).


Peredaran ORI ini tidaklah mudah, karena saat Belanda kembali ke Indonesia, mereka juga mencetak uang NICA. Sehingga terjadilah perang mata uang antara ORI dan uang NICA. Masalah ini kemudian mulai terurai ketika Bank Indonesia terbentuk pada tahun 1953 dan mulai menerbitkan mata uang Rupiah. Sampai saat ini, Rupiah terus eksis dan berkembang. Bahkan, selain kertas dan logam sudah sudah ada uang elektronik, serta kedepannya akan ada pembuatan Rupiah Digital.