• Minggu, 05 Januari 2025

Kalau Naik Ini Lekas Mati: Kisah Penjajah Belanda Rintis Dunia Penerbangan Nusantara

Kalau Naik Ini Lekas Mati: Kisah Penjajah Belanda Rintis Dunia Penerbangan Nusantara
Penumpang pesawat maskapai penerbangan sipil, KNILM sedang bersiap-siap untuk terbang era pemerintah kolonial Hindia Belanda | Wereldmuseum Amsterdam

SEAToday.com, Jakarta - Dunia penerbangan tengah berduka. Kedukaan itu muncul karena tiga pesawat di tiga negara mengalami kecelakaan di akhir tahun 2024. Ada Jeju Air di Korea Selatan dengan korban jiwa besar. Air Canada di Kanada, dan KLM Royal Dutch Airlines di Norwegia.

Ketiga kejadian kecelakaan pesawat jadi noda hitam sejarah penerbangan dunia. Kengerian terbang menggunakan pesawat terbang muncul. Kondisi itu dulunya pernah terjadi di Hindia Belanda (kini: Indonesia). Naik pesawat dianggap dekat dengan kematian. Begini ceritanya.

Kehadiran transportasi publik yang mampu memangkas jarak dan waktu kerap mendapatkan sambutan meriah di era penjajahan Belanda. Keterbatasan opsi transportasi jadi muaranya. Orang-orang tak punya opsi lain kala berpergian.

Kondisi itu membuat kerugian muncul di sana-sani. Biaya yang dikeluarkan jadi melambung tinggi. Opsi transportasi publik mulai beragam kala mulai hadir kereta api dan trem, selain transportasi air. Kedua transportasi itu jadi andalan warga kota besar berpergian.

Belakangan pemerintah kolonial Belanda mencoba merintis transportasi udara. Mereka merintis penerbangan militer untuk Tentara Kerajaan Hindia Belanda, KNIL sedari 1914. Kondisi itu supaya perpindahan pasukan dan keperluan prajurit bisa cepat.

Upaya meristis dunia penerbangan nyatanya tak mudah. Fase jatuh bangun dirasakan. Kecelakaan demi kecelakaan udara terjadi. korban jiwanya bejibun. Namun, Belanda enggan menyerah. Mereka terus mengembangkan dunia penerbangan hingga berhasil.

“Pada 1914, pemerintah angkatan darat Hindia Belanda membentuk PVA (Proef Vlieg Afdeling), sejenis bagian penerbangan percobaan yang dipimpin oleh Hein Ter Poorten. Dalam tahun-tahun selanjutnya, kegagalan demi kegagalan masih mewarnai dunia penerbangan militer yang sedang dirintis bangsa Belanda saat itu. Tercatat puluhan personil KNIL tewas dalam usaha perintisan penerbangan,” ujar Dadan Adi Kurniawan dalam buku Benantara (2021).

Hadirnya Penerbangan Komersil

Kengerian naik pesawat tak dapat diganggu gugat. Peluang kecelakaan selama perintisan dunia penerbangan cukup tinggi. Namun, pemerintah Hindia Belanda tak berhenti. Mereka terus melakukan uji coba. Uji coba itu dilakukan dengan menghadirkan lapangan terbang perintis.

Lapangan terbang yang dihadirkan antara lain Cililtan (Jakarta), Kalijati (Subang), dan Sukamiskin (Bandung). Rata-rata landasan pacunya belum beraspal. Alias, kalau hujan maka landasan pacu kian berbaya digunakan.

Pemerintah kolonial pun mulai berpikir melebarkan sayap dunia penerbangan di Hindia Belanda. Penerbangan sipil mulai dilirik. Keinginan itu karena perkembangan dunia yang cepat. Orang-orang mulai menggunakan pesawat terbang berpergian. Uji coba penerbangan sipil pun dilakukan pada 1924.

“Sejak tahun 1924 masyarakat Hindia Belanda, terutama kalangan-Eropa, mulai mengenal angkutan udara ketika sebuah pesawat Fokker F8 mendarat di lapangan udara Cililitan, Batavia (kini: Jakarta) setelah meninggalkan negeri Belanda selama 8 delapan minggu,” tegas Marwati Djoened Poesponegoro dan kawan-kawan dalam buku Sejarah Nasional Indonesia Jilid V (2008).

Hasilnya Maskapai penerbangan sipil Hindia Belanda, Koninklijke Nederlandsch-Indische Luchtvaart Maatschappij (KNILM) lahir pada 1928. Kehadirannya untuk mejawab tantangan zaman menghadirkan alat transportasi yang mampu memangkas waktu.

Maskapai andalan Hindia Belanda itu menyediakan empat pesawat terbang: Fokker VIII. Jumlah itu bertambah tiap tahunnya. Rata-rata pesawat itu dapat mengangkut delapan orang penumpang. Urusan fasilitas yang dihadirkan jelas jauh dibanding sekarang.

“Walaupun penumpang bisa duduk seenaknya, namun dianjurkan untuk tetap duduk. Kecuali jarak ada kebutuhan mendesak yang berhubungan dengan toilet. Tidak ada ikat pinggang pengaman, karena setiap kali pesawat mendarat atau lepas landas, dilakukan dengan sangat perlahan-lahan. bahkan tak jarang mesin pesawat dimatikan pada saat mendarat, hingga pesawat meluncur sendiri,” tertulis dalam laporan majalah Dharmasena berjudul Naik Pesawat 50 Tahun yang Lalu (1988).  

Penggunanya harus memesan tiket jauh-jauh hari. Bagasi pun dibatasi. Satu pesawat hanya boleh mengangkut total 300 kg bagasi. Jika ada bagasi lebih maka pihak maskapai akan bekerja sama dengan perusahaan kereta api dan akan diantarkan ke tempat menginap penumpang pesawat di kota tujuan.

Kalau Naik Ini Lekas Mati

Mereka yang naik pesawat pun diharuskan memiliki jiwa petualang dan bernyali tinggi. Sebab, pesawat yang ada masih rentan kecelakaan. Imej itu membawa kengerian bagi banyak orang di Hindia Belanda. Imbasnya nama KNILM diplesetkan artinya: Kalau Naik Ini Lalu Mati.

Imej naik pesawat dekat dengan kematian bukan pepesan kosong belaka. Orang-orang di Hindia Belanda bak sering kali mendengar ada kecelakaan pesawat. Masa-masa itu jadi catatan kelam dunia penerbangan di Nusantara. Ingin cepat sampai tujuan, tapi berujung kecelakaan.

Bahaya pesawat terbang di era pemerintah kolonial juga punya imbas lainnya. Para orang tua bak takkan mengizinkan anak-anak mereka mengabdi di KNILM. Pekerjaan di KNILM dianggap terlalu berisiko, baik untuk milier atau komersil.

“Kesungguhan hati saya untuk dapat bergabung dengan KNILM saya sampaikan juga kepada orang tua dan keluarga, termasuk kakak ipar. Namun, tak seorang pun menyetujui karena mereka menghubungkan akronim KNILM dengan rangkaian kata: Kalau Naik Ini Lekas Mati,” ujar Moehammad Jasin dalam buku Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang: Meluruskan Sejarah Kepolisian Indonesia (2010).

Bahayanya naik pesawat tak membuat orang-orang menyampingkan moda transportasi udara. Penerbangan komersil tak kehilangan pesonanya. Empunya pesawat banyak melakukan serangkaian promosi untuk mengajak orang naik pesawat.

Pertumbuhan penumpang KNILM terus meningkat sebanyak 4 persen per tahun. Pertumbuhan itu hadir di tengah-tengah imej buruk yang didapatkan oleh KNILM. Belakangan seisi Indonesia pun seraya berterima kasih kepada KNILM.  Indonesia sulit mengembangkan transportasi udara komersil tanpa mereka.

 

 

  

 

Share
ESG
Pertamina Kokoh Berdiri di Peringkat 165 Fortune 500 Global

Pertamina Kokoh Berdiri di Peringkat 165 Fortune 500 Global

Pertamina Paparkan Strategi Menjadi Pemimpin Regional Bisnis CCS...

PT Pertamina (Persero) memaparkan strategi menjadi pemimpin regional bisnis Penangkapan dan Penyimpanan Karbon (CCS) dalam Forum Internasional & Indonesia CCS (IICCS) 2024 di Jakarta Convention Center, Senayan, Rabu, 31...

Sederet Langkah KAI untuk Capai Net Zero Emission

KAI Group melancarkan beberapa langkah strategis untuk mencapai net zero emission.

Sederet Aksi Keberlanjutan di Olimpiade Paris 2024

Olimpiade Paris 2024 menyuguhkan beragam cerita, termasuk aksi keberlanjutan.

Pertamina Raih Penghargaan ESG Bidang Hubungan dengan Pelanggan

Pertamina raih penghargaan Indonesia DEI & ESG (IDEAS) Awards 2024 Kategori ESG (Environmental, Social & Governance).

Popular Posts

Punya Harta 1000 Triliun, Kisah Hidup Prajogo Pangestu Orang Terk...

Kisah hidup pengusaha Prajogo Pangestu menjadi orang terkaya nomor satu di Indonesia dengan harta mencapai Rp1.000 triliun.

Harga Emas Antam 2 Juli: Naik Rp 5.000 Jadi Rp 1,368 Juta per Gra...

Harga emas naik sebesar Rp 5.000 per gram menjadi Rp 1.368.000 per gram.

Penampakan Gerai Indomaret Pertama di Indonesia

Penampakan gerai Indomaret pertama di Indonesia. Kini banyak yang berdekatan dengan Alfamart.

Pertamina Patra Niaga Siap Salurkan BBM Subsidi Sesuai Kuota Peme...

Pertamina Patra Niaga siap menyalurkan BBM dan LPG subsidi sesuai dengan kuota yang ditetapkan Pemerintah.

Haji Bustamam dan Restoran Sederhana: Kisah Jatuh Bangun Merintis...

Haji Bustamam pernah merasakan pahit getirnya membangun Restoran Sederhana. Dan kerja kerasnya buat Restoran Sederhana jadi rumah makan padang ternama.