The 22nd Economix FEB UI Sukses Gelar Seminar Internasional dengan Kehadiran Para Pembicara Hebat

SEAToday.com, Jakarta - The 22nd Economix dari Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia kembali menyelenggarakan seminar internasional dengan tema “Reimagining the Global Economic Landscape amidst Technological Transformation" pada Selasa (11/2/2025).
Sebagai rangkaian acara utama 22nd Economix, seminar internasional ini diadakan di Balai Purnomo Prawiro, FISIP UI, Depok, Jawa Barat, dan disiarkan secara langsung melalui kanal YouTube Economix FEB UI.
Economix: Global Economic Challenges merupakan acara tahunan terbesar yang diselenggarakan oleh KANOPI FEB UI.
Pada tahun ke-22 ini, Economix menjalankan serangkaian acara yang terdiri dari seminar internasional, kompetisi internasional, dan MUN (Model United Nations) yang dihadiri oleh mahasiswa, akademisi, serta masyarakat umum dari berbagai negara.
Acara Economix FEB UI bertujuan sebagai wadah bagi masyarakat dari berbagai latar belakang untuk berdiskusi, berbagi, serta bertukar pendapat untuk menemukan solusi atas permasalahan global yang sedang terjadi pada saat ini.
Economix selalu secara konsisten menyelenggarakan seminar setiap tahunnya. Tahun ini, seminar internasional ini berhasil diselenggarakan dengan sukses yang luar biasa dalam kolaborasi bersama dengan The World Bank Group.
Acara ini terbagi menjadi dua sesi dan dihadiri oleh tokoh-tokoh ternama seperti Kishore Babu Yerraballa, Jonathan Marskell,
Simrin Singh, Dyah Roro Esti Widya Putri (Wakil Menteri Perdagangan Indonesia), Hazremi Hamid, Niall Saville, Heru Sutadi, serta Ir. Ilham Akbar Habibie (Presiden International Indonesia Chamber of Commerce) turut hadir dalam acara tahun ini untuk memberikan pandangan mereka.
Dalam sambutan pembukaan The 22nd Economix International Seminar, Mr. Kishore Babu Yerraballa (International Telecommunication Union (ITU) Representative for Southeast Asia) menyampaikan pandangannya mengenai bagaimana Revolusi Industri 5.0 bukan hanya sekadar mengadopsi perubahan digital, tetapi juga mengatasi permasalahan seperti kesenjangan digital yang semakin lebar, risiko perpindahan pekerjaan, dan dilema etika.
Ia mengawali dengan mengakui dampak dari otomatisasi. Dimana untuk tahun 2025, otomatisasi diproyeksikan akan berdampak pada 85 juta pekerjaan, sekaligus menciptakan 97 juta peran baru.
“54% dari tenaga kerja global masih kekurangan keterampilan digital yang diperlukan untuk menavigasi transformasi ini.” katanya.
Ia menekankan pentingnya kolaborasi dan kepemimpinan dalam memanfaatkan potensi teknologi baru sambil memastikan pemerataannya.
Jonathan Marskell (Senior Digital Development Analyst World Bank) lalu masuk sebagai representatif dari partner 22nd Economix, yakni dari World Bank Group.
Ia menjelaskan bahwa peran digitalisasi bukan hanya bagian dari pembangunan infrastruktur, data World Bank menunjukkan bahwa masih terdapat kesenjangan akses dan sosial yang menghambat perkembangan digital Indonesia.
Jonatan menyatakan bahwa hal-hal seperti penggunaan E-KTP yang menyeluruh bertujuan untuk mengatasi keterbatasan kepercayaan dalam transaksi daring, verifikasi identitas saat ini yang tidak efisien dan mahal, serta risiko keamanan dalam verifikasi identitas saat ini.
Plt. Direktur Jenderal Pengawasan Ketenagakerjaan dan K3 Kementerian Ketenagakerjaan, Fahrurozi menyoroti tantangan besar akibat ketidaksesuaian antara lulusan pendidikan tinggi dan kebutuhan industri, terutama di sektor prioritas seperti manufaktur dan energi.
Dengan hanya 19% pekerja memiliki keterampilan digital dasar dan 6% di tingkat lanjut, Indonesia menghadapi kekurangan 3 juta talenta digital pada 2030, yang berdampak pada daya saing global. Untuk mengatasi hal ini, ia menekankan pentingnya keseimbangan keterampilan teknis, kognitif, dan interpersonal.
Diskusi panel sesi pertama lalu menghadirkan pembicara terkemuka dengan moderator Dr. I Dewa Gede Karma Wisana (Direktur Lembaga Demografi, Universitas Indonesia) yang memimpin diskusi.
Pembicara tersebut termasuk Ibu Tari Lestari (Direktur Keuangan Negara dan Analisis Moneter, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional), Ibu Simrin Singh (Direktur Negara untuk Kegiatan ILO untuk Indonesia dan Timor-Leste), dan
Dr. Komang Budi Aryasa (Wakil Presiden Eksekutif Digital Business & Technology, Telkom).
Bersama-sama, mereka membahas pendekatan inovatif terhadap transformasi tenaga kerja, peran kerangka kebijakan, dan dampak otomatisasi terhadap dinamika ketenagakerjaan di seluruh Indonesia dan kawasan ASEAN seperti dalam upaya mempergunakan bonus demografi Indonesia demi mewujudkan Indonesia Emas 2045.
Sesi kedua lalu dibuka oleh Ibu Dyah Roro Esti Widya Putri (Wakil Menteri Perdagangan Indonesia) dengan fokus terhadap bagaimana teknologi telah mengubah cara perdagangan dilakukan dan bagaimana hal tersebut dapat memperkuat hubungan bilateral antara Indonesia dan mitra dagangnya.
Perdagangan digital telah menjadi fitur standar dalam perjanjian dagang dunia, di mana privasi, perlindungan konsumen, dan regulasi menjadi prioritas utama untuk mengamankan sistem perdagangan digital. Ia juga memberikan pengalamannya sebelumnya sebagai anggota parlemen di Gresik, Jawa Timur.
“Berinteraksi dengan masyarakat setempat memberikan gambaran kesenjangan antara warga yang kaya dan miskin, dengan masih banyak kelompok pedesaan yang kesulitan dalam mengakses fasilitas digital.” katanya.
Pembicara berikutnya yaitu Dr. Amin Mudzakir, Asisten Deputi Bidang Pengembangan Kapasitas Masyarakat Berkelanjutan, Kementerian Pemberdayaan Masyarakat Republik Indonesia.
Dr. Mudzakir menyoroti tantangan global utama yang diidentifikasi pada Forum Ekonomi Dunia 2025, termasuk ketegangan geopolitik, perubahan iklim, ketidakpastian ekonomi, dan kemajuan pesat dari AI.
Ia menyoroti revolusi digital Indonesia yang didorong oleh populasi muda yang paham teknologi dan adopsi internet yang meluas.
Namun, dirinya menekankan bahwa kemajuan sejati membutuhkan inklusivitas, memastikan bahwa teknologi memberdayakan semua orang Indonesia, bukan hanya segelintir orang yang memiliki hak istimewa.
Hazremi Hamid, Senior Officer Ekonomi Digital di Sekretariat ASEAN, melanjutkan dengan membahas upaya transformasi digital ASEAN, menekankan tujuannya untuk menjadi ekonomi terbesar keempat di dunia pada tahun 2040.
Hamid menyoroti kekuatan ASEAN dalam perdagangan digital, infrastruktur, dan konektivitas tetapi menunjukkan tantangan utama seperti akses internet yang tidak merata, kesenjangan keamanan siber, dan kesenjangan digital di antara UMKM.
Ia menekankan pentingnya kesiapan digital, mengutip bagaimana negara-negara dengan infrastruktur digital yang lebih kuat merespons pandemi COVID-19 dengan lebih baik.
Selain itu, ia menggarisbawahi pentingnya tata kelola AI, identitas digital, dan mobilitas bakat untuk mendukung pertumbuhan ekonomi digital ASEAN.
Setelah itu, sesi panelis kedua di mulai oleh moderator Ibu Rahma Alia (Anchor SEA Today) yang membuka suasana bersama pembicara lainnya. Pembicara tersebut termasuk Bapak Ilham Akbar Habibie (Presiden ICC Indonesia), Bapak Niall Saville (Senior Advisor Tony Blair Institute), dan Bapak Heru Sutadi (Direktur Eksekutif ICT Institute Indonesia).
Mereka menjajaki strategi utama untuk meningkatkan kerja sama digital, perjanjian ekonomi, dan pertumbuhan teknologi yang inklusif di Indonesia dan kawasan ASEAN yang lebih luas.
Kebijakan pemerintah yang tanggap dan responsif terhadap kebutuhan masyarakat menjadi salah satu kunci dari memastikan perkembangan yang menyeimbangi kejangkauan harga bagi konsumen dan insentif investasi bagi produsen.
The 22nd Economix FEB UI pada akhirnya sukses menghadirkan pembicara dalam seminar internasional yang penuh dengan gagasan.
Melalui berbagai perspektif yang disampaikan oleh para pembicara, seminar ini menegaskan pentingnya kolaborasi, inovasi, serta inklusivitas dalam menghadapi tantangan digitalisasi dan ketimpangan global.
Harapannya, diskusi yang telah berlangsung tidak hanya menjadi wacana, tetapi juga mendorong langkah konkret dalam membangun ekonomi yang lebih berkelanjutan, adil, dan siap menghadapi perubahan di era digital.
Recommended Article
Indonesia Invesment
President Prabowo Secures IDR 294 Trillion in Foreign Investments...
From his visit over the past two weeks, President Prabowo received investment commitments worth a total of US$18.57 billion or around Rp294.80 trillion (assuming an exchange rate of Rp15,880.00 per US dollar).
Indonesia-Malaysia Investment Forum 2024: Strengthening Strategic...
Indonesia - Malaysia Investment Forum 2024: Strengthening Strategic Partnerships for Investment Opportunities
President Prabowo Oversees $10.07 Billion Deal Between Indonesian...
resident Prabowo Subianto attended the signing of a memorandum of understanding (MoU) between Indonesian and Chinese companies, totaling $10.07 billion.
President Joko Widodo: Indonesia Has Potential to Become New Asia...
President Joko "Jokowi" Widodo said that Indonesia has the potential to become one of the new economic powers in Asia, along with India and China.
Popular Post
Top 10 SOEs on 2024 Fortune Southeast Asia 500, Telkom Indonesia...
A total of 20 state-owned enterprises (SOEs) are listed in the Fortune Southeast Asia 500 2024. Indonesia’s largest telecommunications company Telkom Indonesia (@telkomindonesia) was also included in the top 10 list
Trade Ministry Ready to Support Freeport’s Second Smelter in Gres...
The Trade Ministry is ready to support PT Freeport Indonesia (PTFI) ahead of the operation of its second smelter in Gresik, East Java.
Minister Airlangga: VAT to Increase to 12 Pct. Starting 2025
Minister Airlangga said VAT to Increase to 12 Pct. Starting 2025