Enric Bernat dan Chupa Chups: Kisah Permen Lolipop yang Logonya Diciptakan Salvador Dali
SEAToday.com, Jakarta - Upaya menciptakan logo dari sebuah jenama terkenal dunia tak boleh sembarang. Logo bak urusan sakral: nasib baik, filosofi, hingga identitas ada di dalamnya. Muatan itu membuat banyak orang berani merogoh kocek besar, bahkan hingga jutaan dolar Amerika Serikat (AS).
Seniman yang didaulat menciptakannya paling tidak punya reputasi besar. Itulah yang dilakukan pemilik Chupa Chups, Enric Bernat. Dulu kala pemilik usaha permen lolipop itu mendaulat seniman kenamaan dunia, Salvador Dali jadi pembuat logo Chupa Chups. Begini ceritanya.
Tiada anak kecil yang tak suka permen. Barang siapa yang diberikan permen, niscaya akan langsung kegirangan. Mereka mencoba menikmati permennya sampai habis. Kadang juga mereka mengeluarkan dan memasukan permen dari mulutnya untuk dinikmati.
Tangan mereka jadi lengket atau baju jadi kotor sudah biasa. Tiada yang berlebihan. Namun, Enrique Bernat Fontlladonosa sedikit terganggu dengan aktivitas itu. Enric yang notabene adalah generasi ketiga pembuat kue di Barcelona, Spanyol gusar.
Ia coba membayangkan bagimana caranya aktivitas menikmati permen tanpa mengotori tangan, alih-alih baju. Endric coba berpikir keras. Ia mencoba membayangkan inovasi permen dengan pakem berbeda.
Ide pun muncul. Enric menghadirkan permen lolipop pertama yang dikomersilkan. Permen itu ditempelkannya di sebuah stik kecil – dulu kayu kini plastik. Nama jenama yang cocok untuk permen lolipopnya pun turut dipikirkan.
Mulanya ia percaya diri dengan nama GOL pada 1958. Suatu nama yang merujuk pada permainan sepak bola – kala bola melesat ke dalam gawang dan menghasilkan skor. Belakangan ia mengganti nama GOL dengan Chupa Chups – dalam bahasa Spanyol berarti menjilat atau menghisap.
“Chupa Chups secara luas dianggap sebagai salah satu yang pertama mengeksploitasi permen seukuran mulut pada stik secara komersial — agar anak-anak tidak mengotori tangan mereka. Itulah yang sering dikatakan ayah kepada keluarganya,” ungkap Xavier Bernat (anak Enric Bernat) dikutip Dale Fuchs laman The New York Times berjudul Making Lollipops a Global Brand : Bernat, Spain's Candy King, 30 Oktober 2004.
Lebarkan Sayap
Permen lolipop Enric mendapatkan sambutan baik di kampung halamannya. Permen itu dapat terjual banyak. Tiada anak-anak yang mampu menahan godaan permen buatannya. Namun, Enric berpikir tiada yang membedakan permen Chupa Chups dengan permen lainnya.
Ambisi Enric kian bertambah tiap harinya. Ia ingin melihat permennya tak hanya dinikmati oleh anak-anak saja. Ia ingin permennya dinikmati oleh orang-orang di segala lintas usia – remaja hingga dewasa. Ia pun bermimpi supaya permennya tak hanya laku di Spanyol saja, tapi dunia.
“Lolipop tangannya dijual lebih cepat dari dia bisa membuatnya. Orang-orang menikmati lolipopnya. Rasa lolipopnya tak terlupakan. Kayu itu, yang awalnya terbuat dari kayu tetapi tidak lama kemudian terbuat dari plastik, praktis dan khas. Tidak ada orang lain menjual permen seperti ini – kala itu. Dia menamai lolipop 'Chups' tetapi karena kampanye iklan yang menarik orang namanya jadi Chupa Chups,” ujar Peter Fisk dalam buku Business Genius: A More Inspired Approach to Business Growth (2010).
Enric bukan tipe orang yang cuma bermimpi saja. Ia mencoba memikirkan caranya supaya permen dapat mendunia. Ia jelas memikirkan sebuah siasat. Ia ingin membentuk suatu identitas yang kuat. Sebuah identitas yang menerangkan permennya istimewa dibanding lainnya.
Chupa Chups jelas membutuhkan logo baru yang lebih segar. Namun, logo yang diinginkan bukan sembarang logo. Enric menginginkan sebuah logo bak mahakarya besar. Atau kala sekali lirik orang melihat, mereka langsung dapat terpesona dan melekat dalam sanubarinya.
Jelas Enric butuh seorang seniman untuk menerjemahkan keinginan untuk membuat logo. Gambaran yang diinginkan Enric tentu tak bisa dilakukan oleh seniman biasa. Ia membutuhkan sebuah seniman besar. Ia mulai berpikir untuk menggunakan jasa Salvador Dali.
Lahirnya Logo Chupa Chups
Enric bukan tipe yang suka menunggu. Ia memilih jemput bola. Ia segera terbang ke Figueres, Girona, Spanyol untuk meminta Salvador Dali mendesain logo Chuap Chups pada 1969. Pilihan Enric sungguh luar biasa. Dali kala itu dikenal sebagai pelukis surealis kesohor asal Spanyol.
Dali yang eksentrik terbiasa bereksplorasi dengan ide-ide kreatif. Enric percaya itu. Kehebatan Dali tak perlu diragukan. Benar saja Dali bahkan tak menganggap permintaan Enric sebagai tantangan. Permintaan Enric langsung saja diprosesnya. Dali mencerna perkataan Enric. Dali lalu merenung sejenak.
Proses ekseskusi berlangsung cepat. Kurang dari satu jam. Suatu aktivitas yang lebih cepat dibanding menunggu proses permen mengeras yang mencapai dua sampai tiga jam.
“Tugas yang harus diselesaikan adalah membuat logo baru yang akan membantu perusahaan mencapai tujuannya: mendunia. Enric dengan senang hati membayar jutaan dolar AS sebagai imbalan atas ide-ide seniman eksentrik tersebut pada logo tersebut. Dali merenung sejenak, lalu menggambar logo bunga aster di serbet kertas. Ia menciptakan salah satu logo yang paling dikenal sepanjang masa dalam waktu kurang dari satu jam,” tertulis dalam laporan laman majalah Tsk Tsk berjudul Chupa Chups: Dali's Million-Dollar Sucker Punch.
Enric langsung setuju. Ia menyukai logo buatan Dali dengan beberapa penyesuaian kecil. Namun, Dali menyarankan supaya logo ditempat di atas pemer lollipop, bukan disamping. Pandangan itu diungkap supaya konsumen langsung bisa mengetahui permen Chupa Chups itu hanya dari corak bungkusan.
Logo berbentuk bunga aster berwarna cerah mampu mengiringi tulisan Chupa Chups untuk permen lollipop. Logo itu begitu ikonik. Andil Dali mampu membuat Chupa Chups bak market leader permen lolipop di dunia.
Pengemarnya tak saja anak-anak, para remaja hingga dewasa pun menyukai. Kesuksesan itu ditandai pula dengan banyak bintang kesohor dunia yang kedapatan menikmati Chupa Chups, ada yang jadi brand ambassador, ada pula yang bukan.
Puncaknya, Chupa Chups menunjukkan bahwa kekuatan sebuah logo begitu besar. Logo adalah identitas dan juga martabat perusahaan. Artinya, Dali telah mampu membuktikan bahwa jutaan dolar AS yang dibayarkan kepadanya setara hasil yang didapatkan.
Recommended Article
State Owned Enterprise
SOEs Ministry Tries Out Four Days in Workweek System
The State-Owned Enterprises (SOEs) Ministry is testing the implementation of a four-day workweek. This was shared on Instagram @lifeatkbumn on Saturday (6/8).
SOE Minister Erick Thohir Assures No Layoffs in Angkasa Pura Merg...
SOE Minister Erick Thohir confirmed that there would be no layoffs in the merger process of PT Angkasa Pura I and Angkasa Pura II.
ESG
5 Simple Steps for Sustainable Lifestyle
Five practical ways to embark on a sustainable lifestyle.
Practical Tips for Household Waste
Sorting household waste is an essential step towards reducing waste generation and promoting environmental sustainability.
Understanding Non-Organic Waste
Non-organic waste refers to discarded materials that are difficult to decompose.
Cash for Trash: Turning Used Plastic Bottles into Rewards
Reverse Vending Machine (RVM) merupakan mesin untuk melayani penukaran botol plastik di fasilitas umum dengan menggunakan sistem poin lewat aplikasi Plasticpay.
Popular Post
Top 10 SOEs on 2024 Fortune Southeast Asia 500, Telkom Indonesia...
A total of 20 state-owned enterprises (SOEs) are listed in the Fortune Southeast Asia 500 2024. Indonesia’s largest telecommunications company Telkom Indonesia (@telkomindonesia) was also included in the top 10 list
Trade Ministry Ready to Support Freeport’s Second Smelter in Gres...
The Trade Ministry is ready to support PT Freeport Indonesia (PTFI) ahead of the operation of its second smelter in Gresik, East Java.
Minister Airlangga: VAT to Increase to 12 Pct. Starting 2025
Minister Airlangga said VAT to Increase to 12 Pct. Starting 2025