Tanri Abeng dan Bir Bintang: Kisah Pria Bugis yang Dijuluki Manajer Satu Miliar

SEAToday.com, Jakarta - Tokoh nasional Tanri Abeng meninggal dunia di Rumah Sakit Medistra Jakarta pada 23 Juni 2024. Kepergian mantan Menteri BUMN era Orde Baru itu membawa kedukaan yang mendalam bagi seisi Indonesia. Sumbangsihnya dianggap besar bagi bangsa dan negara.
Abeng memang dikenal sebagai menteri, tapi yang membuatnya populer adalah keterampilan manajerialnya mempopulerkan bir di Nusantara. Reputasi memasarkan Bir Bintang tak diragukan. Suatu kodnisi yang membuatnya dikenal sebagai Manajer Satu Miliar. Begini ceritanya.
Sebuah perjuangan hidup yang dimulai dari nol tak pernah mudah. Tanri Abeng sempat merasakan kesultan hidup di tengah kemiskinan. Pria kelahiran Pulau Selayar, Celebes (Sulawesi), 7 Maret 1942 dibesarkan oleh orang tua yang berprofesi sebagai petani.
Kesulitan hidup sebagai petani tak membuat Abeng menyerah. Anak bungsu dari lima bersaudara itu ingin mengubah nasib keluarga. Apalagi, ia sudah ditinggal ibunya ketika berusia 10 tahun. Mau tak mau jalur pendidikan dianggapnya sebagai jalan keluar.
Abeng dengan dukungan ayah dan abangnya di bawah hijrah ke Makassar dan dititipkan di sanak famili lainnya. Ia berhasil mengenyam pendidikan di SD Mangkura dengan segala keterbatasannya. Ia bahkan baru menggunakan sepatu kala ia masuk kelas 6 SD.
Kesederhanaan itu terlihat pula saat abang menempuh Sekolah Menengah Ekonomi Pertama: SMEP (setingkat SMP), lalu Sekolah Menengah Ekonomi Atas: SMAE (setingkat SMA). Abeng tak ingin menyia-nyiakan kesempatan bersekolah.
Ia tergolong siswa yang rajin. Sebab, Ia punya mimpi jadi guru. Saban hari semua pelajaran ia catat karena tak mampu membeli buku paket. Ia pun pandai membuat ringkasan pelajaran. Ajaibnya ringkasan itu jadi buruan teman sekolahnya.
Beberapa teman bahkan rela membeli ringkasan yang dibuat Abeng. Uang pun didapat dan Abeng jadi ketiban untung bisa beli buku pelajaran.
“Ya, di SMEP saya paling maju, lalu saya masuk SMEA. Bahkan, waktu ujian, nilai saya itu tertinggi di kawasan Indonesia Timur. selain karena angka-angka di sekolah yang sangat menunjang, terlebih karena personality, saya menjadi bintang pertama, “ ungkap Tanri Abeng dalam buku 50 Years Lessons (2018).
Prestasinya di SMEA berbuah manis. Abeng mendapatkan beasiswa Americian Field Service ke Amerika Serikat (AS) pada 1961-1962. Ia pun menempuh pendidikan kembali kala pulang dari Amerika. Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin dipilihnya.
Ia pun menyambi sebagai guru bahasa Inggris. Dewi fortuna pun membawa Abeng melanjutkan pendidikan ke State University of New York, di Bufallo, AS.
Abeng pun berhasil lulus untuk meraih gelar Master of Business Administration (MBA) selama 1,5 tahun pada 1968. Keberhasilan itu membawa abang menuju gerbang kesuksesan.
Abeng dan Bir Bintang
Pria Bugis lulusan AS itu tak kesulitan mencari pekerjaan. Namun, ia tak lagi memantapkan cita-cita sebagai guru. Ia mencoba banting setir ke pekerjaan manajerial profesional. Tindak-tanduk itu ditunjukkan Abeng kala menjadi manajer perusahaan multinasional, Union Carbide Corp.
Kehidupan yang lebih baik dirasakan Abeng. Namun, Abeng merasa tak ingin menghabiskan waktunya mengabdi hanya di Union Carbide Corp. Ia merasakan kariernya mentok dan tak terasa tantangan. Ia pun mulai memikirkan tawaran dari perusahaan bir asal Belanda, Heineken.
Abeng pun ditantang mengubah nasib Perusahaan Bir Indonesia yang dikuasai sahamnya oleh Heineken pada 1979. Sebagaimana namanya, perusahaan itu fokus menjual bir. Bir Bintang jadi yang paling populer. Bir itu digadang-gadang sebagai birnya orang Indonesia.
Abeng dipilih karena perusahaan itu sudah menancapkan bisnisnya di Nusatara selama 13 tahun, tapi belum untung. Abeng tertantang. Perubahan pun jadi fokus utama Abeng sebagai Presiden Direktur Perusahaan Bir Indonesia.
Bir dengan jenama Bir Bintang harus mampu populer di Indonesia. Abeng tak peduli Indonesia sendiri tak memiliki budaya minum bir. Pasar Indonesia mulai dipelajarinya. Kondisi itu membuat Abeng mampu meluangkan waktunya hingga 11-12 jam untuk perusaaan.
Ia pun sampai masuk di hari sabtu, walau Cuma setengah hari. Keseriusan Abeng jadi baktinya dalam menaiki tangga sebagai salah satu manajer profesional terbaik Indonesia.
Pembenahanan dilakukan di segala lini. Keputusan abang melakukan penciutan distributor dan membeli mengakuisisi perusahaan lainnya supaya Bintang Indonesia tak melulu jualan bir jadi siasat. Kondisi itu disiasati Abeng dengan mengganti nama perusahan dari PT. Bir Indonesia ke PT. Multi Bintang Indonesia (MBI).
“Soalnya bir ini selalu disejajarkan dengan alkohol. Kedudukannya sulit di tengah masyarakat yang bagian terbesar beragama Islam. akhir Juli lalu, misalnya, seorang pembaca dalam suratnya yang dimuat dalam majalah Tempo ini menganjurkan Danareksa agar menolak perusahaan bir yang mau ke khalayak. Sebab, agama menyatakan agar menjauhi minuman keras termasuk bir,’ hadir di laporan Majalah Tempo berjudul Abeng dan Bir dalam Kaleng, 5 September 1981.
Raja Bir dan Manajer Satu Miliar
Pergantian nama itu bak menegaskan bahwa Abeng menjual banyak hal, yang kebetulan salah satu di antaranya Bir Bintang. Abeng pun mulai memperkenalkan penggunaan kemasan kaleng untuk Bir Bintang dan Abeng membawa MBI Go Public.
Siasat itu membawa kesuksesaan bagi Abeng dan perusahaan birnya. Awalnya perusahaan itu memiliki porsi besar memproduksi bir, 90 persen untuk bir, 10 persen untuk minuman ringan. Belakangan produk yang di bawah bendera MBI peminatnya meningkat -- utamanya Bir Bintang.
Produksi pun mulai dikembangkan jadi 50:50 – produksi bir dan minuman ringan. Abeng mampu menaikkan volume penjualan sampai menyentuh angka empat kali lipat. Kondisi itu membuat keuntungan yang diperoleh MBI sampai menyentuh belasan kali lipat.
“Di bawah kepemimpinannyalah, perusahaan ini tahun lalu (baca: 1981) berhasil memperoleh laba bersih Rp 4 milyar lebih, dan mampu menyetor pajak Rp 16 milyar. Jika tahun lalu angka nenjualan mencapai Rp37 milyar, tahun ini Abeng merencanakan Rp40 milyar,” laporan majalah Tempo berjudul Dua Tokoh, Satu Pokok, 7 Agustus 1982.
Kehebatan Abeng menjual Bir Bintang dan produk di bawah MBI mendapatkan pujian dari berbagai macam kalangan. Perusahaan-perusahaan besar banyak yang tertarik mengunakan jasanya. Pemerintahan Soeharto dan Orde Baru sampai mengangkatnya jadi Menteri BUMN di kemudian hari.
Kehadiran Abeng dalam mempopulerkan Bir Bintang di Nusantara tak dapat dilupakan sejarah. Jasa besarnya dalam karier manajerialnya sempat pula membuatnya di juluki sebagai Manajer Satu Miliar. Julukan itu karena pengaruh abeng yang besar dalam meningkatkan pertumbuhan laba perusahaan.
Recommended Article
Indonesia Invesment
President Prabowo Secures IDR 294 Trillion in Foreign Investments...
From his visit over the past two weeks, President Prabowo received investment commitments worth a total of US$18.57 billion or around Rp294.80 trillion (assuming an exchange rate of Rp15,880.00 per US dollar).
Indonesia-Malaysia Investment Forum 2024: Strengthening Strategic...
Indonesia - Malaysia Investment Forum 2024: Strengthening Strategic Partnerships for Investment Opportunities
President Prabowo Oversees $10.07 Billion Deal Between Indonesian...
resident Prabowo Subianto attended the signing of a memorandum of understanding (MoU) between Indonesian and Chinese companies, totaling $10.07 billion.
President Joko Widodo: Indonesia Has Potential to Become New Asia...
President Joko "Jokowi" Widodo said that Indonesia has the potential to become one of the new economic powers in Asia, along with India and China.
Popular Post
Top 10 SOEs on 2024 Fortune Southeast Asia 500, Telkom Indonesia...
A total of 20 state-owned enterprises (SOEs) are listed in the Fortune Southeast Asia 500 2024. Indonesia’s largest telecommunications company Telkom Indonesia (@telkomindonesia) was also included in the top 10 list
Forbes Lists the 10 Richest Indonesians for 2025
Forbes has unveiled the list of Indonesia’s 10 richest individuals for early 2025, with Prajogo Pangestu, the owner of Barito Pacific Group, claiming the top spot.
Trade Ministry Ready to Support Freeport’s Second Smelter in Gres...
The Trade Ministry is ready to support PT Freeport Indonesia (PTFI) ahead of the operation of its second smelter in Gresik, East Java.