• Monday, 10 March 2025

Kalau Naik Ini Lekas Mati: Kisah Penjajah Belanda Rintis Dunia Penerbangan Nusantara

Kalau Naik Ini Lekas Mati: Kisah Penjajah Belanda Rintis Dunia Penerbangan Nusantara
Penumpang pesawat maskapai penerbangan sipil, KNILM sedang bersiap-siap untuk terbang era pemerintah kolonial Hindia Belanda | Wereldmuseum Amsterdam

SEAToday.com, Jakarta - Dunia penerbangan tengah berduka. Kedukaan itu muncul karena tiga pesawat di tiga negara mengalami kecelakaan di akhir tahun 2024. Ada Jeju Air di Korea Selatan dengan korban jiwa besar. Air Canada di Kanada, dan KLM Royal Dutch Airlines di Norwegia.

Ketiga kejadian kecelakaan pesawat jadi noda hitam sejarah penerbangan dunia. Kengerian terbang menggunakan pesawat terbang muncul. Kondisi itu dulunya pernah terjadi di Hindia Belanda (kini: Indonesia). Naik pesawat dianggap dekat dengan kematian. Begini ceritanya.

Kehadiran transportasi publik yang mampu memangkas jarak dan waktu kerap mendapatkan sambutan meriah di era penjajahan Belanda. Keterbatasan opsi transportasi jadi muaranya. Orang-orang tak punya opsi lain kala berpergian.

Kondisi itu membuat kerugian muncul di sana-sani. Biaya yang dikeluarkan jadi melambung tinggi. Opsi transportasi publik mulai beragam kala mulai hadir kereta api dan trem, selain transportasi air. Kedua transportasi itu jadi andalan warga kota besar berpergian.

Belakangan pemerintah kolonial Belanda mencoba merintis transportasi udara. Mereka merintis penerbangan militer untuk Tentara Kerajaan Hindia Belanda, KNIL sedari 1914. Kondisi itu supaya perpindahan pasukan dan keperluan prajurit bisa cepat.

Upaya meristis dunia penerbangan nyatanya tak mudah. Fase jatuh bangun dirasakan. Kecelakaan demi kecelakaan udara terjadi. korban jiwanya bejibun. Namun, Belanda enggan menyerah. Mereka terus mengembangkan dunia penerbangan hingga berhasil.

“Pada 1914, pemerintah angkatan darat Hindia Belanda membentuk PVA (Proef Vlieg Afdeling), sejenis bagian penerbangan percobaan yang dipimpin oleh Hein Ter Poorten. Dalam tahun-tahun selanjutnya, kegagalan demi kegagalan masih mewarnai dunia penerbangan militer yang sedang dirintis bangsa Belanda saat itu. Tercatat puluhan personil KNIL tewas dalam usaha perintisan penerbangan,” ujar Dadan Adi Kurniawan dalam buku Benantara (2021).

Hadirnya Penerbangan Komersil

Kengerian naik pesawat tak dapat diganggu gugat. Peluang kecelakaan selama perintisan dunia penerbangan cukup tinggi. Namun, pemerintah Hindia Belanda tak berhenti. Mereka terus melakukan uji coba. Uji coba itu dilakukan dengan menghadirkan lapangan terbang perintis.

Lapangan terbang yang dihadirkan antara lain Cililtan (Jakarta), Kalijati (Subang), dan Sukamiskin (Bandung). Rata-rata landasan pacunya belum beraspal. Alias, kalau hujan maka landasan pacu kian berbaya digunakan.

Pemerintah kolonial pun mulai berpikir melebarkan sayap dunia penerbangan di Hindia Belanda. Penerbangan sipil mulai dilirik. Keinginan itu karena perkembangan dunia yang cepat. Orang-orang mulai menggunakan pesawat terbang berpergian. Uji coba penerbangan sipil pun dilakukan pada 1924.

“Sejak tahun 1924 masyarakat Hindia Belanda, terutama kalangan-Eropa, mulai mengenal angkutan udara ketika sebuah pesawat Fokker F8 mendarat di lapangan udara Cililitan, Batavia (kini: Jakarta) setelah meninggalkan negeri Belanda selama 8 delapan minggu,” tegas Marwati Djoened Poesponegoro dan kawan-kawan dalam buku Sejarah Nasional Indonesia Jilid V (2008).

Hasilnya Maskapai penerbangan sipil Hindia Belanda, Koninklijke Nederlandsch-Indische Luchtvaart Maatschappij (KNILM) lahir pada 1928. Kehadirannya untuk mejawab tantangan zaman menghadirkan alat transportasi yang mampu memangkas waktu.

Maskapai andalan Hindia Belanda itu menyediakan empat pesawat terbang: Fokker VIII. Jumlah itu bertambah tiap tahunnya. Rata-rata pesawat itu dapat mengangkut delapan orang penumpang. Urusan fasilitas yang dihadirkan jelas jauh dibanding sekarang.

“Walaupun penumpang bisa duduk seenaknya, namun dianjurkan untuk tetap duduk. Kecuali jarak ada kebutuhan mendesak yang berhubungan dengan toilet. Tidak ada ikat pinggang pengaman, karena setiap kali pesawat mendarat atau lepas landas, dilakukan dengan sangat perlahan-lahan. bahkan tak jarang mesin pesawat dimatikan pada saat mendarat, hingga pesawat meluncur sendiri,” tertulis dalam laporan majalah Dharmasena berjudul Naik Pesawat 50 Tahun yang Lalu (1988).  

Penggunanya harus memesan tiket jauh-jauh hari. Bagasi pun dibatasi. Satu pesawat hanya boleh mengangkut total 300 kg bagasi. Jika ada bagasi lebih maka pihak maskapai akan bekerja sama dengan perusahaan kereta api dan akan diantarkan ke tempat menginap penumpang pesawat di kota tujuan.

Kalau Naik Ini Lekas Mati

Mereka yang naik pesawat pun diharuskan memiliki jiwa petualang dan bernyali tinggi. Sebab, pesawat yang ada masih rentan kecelakaan. Imej itu membawa kengerian bagi banyak orang di Hindia Belanda. Imbasnya nama KNILM diplesetkan artinya: Kalau Naik Ini Lalu Mati.

Imej naik pesawat dekat dengan kematian bukan pepesan kosong belaka. Orang-orang di Hindia Belanda bak sering kali mendengar ada kecelakaan pesawat. Masa-masa itu jadi catatan kelam dunia penerbangan di Nusantara. Ingin cepat sampai tujuan, tapi berujung kecelakaan.

Bahaya pesawat terbang di era pemerintah kolonial juga punya imbas lainnya. Para orang tua bak takkan mengizinkan anak-anak mereka mengabdi di KNILM. Pekerjaan di KNILM dianggap terlalu berisiko, baik untuk milier atau komersil.

“Kesungguhan hati saya untuk dapat bergabung dengan KNILM saya sampaikan juga kepada orang tua dan keluarga, termasuk kakak ipar. Namun, tak seorang pun menyetujui karena mereka menghubungkan akronim KNILM dengan rangkaian kata: Kalau Naik Ini Lekas Mati,” ujar Moehammad Jasin dalam buku Memoar Jasin Sang Polisi Pejuang: Meluruskan Sejarah Kepolisian Indonesia (2010).

Bahayanya naik pesawat tak membuat orang-orang menyampingkan moda transportasi udara. Penerbangan komersil tak kehilangan pesonanya. Empunya pesawat banyak melakukan serangkaian promosi untuk mengajak orang naik pesawat.

Pertumbuhan penumpang KNILM terus meningkat sebanyak 4 persen per tahun. Pertumbuhan itu hadir di tengah-tengah imej buruk yang didapatkan oleh KNILM. Belakangan seisi Indonesia pun seraya berterima kasih kepada KNILM.  Indonesia sulit mengembangkan transportasi udara komersil tanpa mereka.

 

 

  

 

Share
Indonesia Invesment
Apple to Build AirTag Factory in Batam Valued at USD 1 Billion

Apple to Build AirTag Factory in Batam Valued at USD 1 Billion

President Prabowo Secures IDR 294 Trillion in Foreign Investments...

From his visit over the past two weeks, President Prabowo received investment commitments worth a total of US$18.57 billion or around Rp294.80 trillion (assuming an exchange rate of Rp15,880.00 per US dollar).

Indonesia-Malaysia Investment Forum 2024: Strengthening Strategic...

Indonesia - Malaysia Investment Forum 2024: Strengthening Strategic Partnerships for Investment Opportunities

President Prabowo Oversees $10.07 Billion Deal Between Indonesian...

resident Prabowo Subianto attended the signing of a memorandum of understanding (MoU) between Indonesian and Chinese companies, totaling $10.07 billion.

President Joko Widodo: Indonesia Has Potential to Become New Asia...

President Joko "Jokowi" Widodo said that Indonesia has the potential to become one of the new economic powers in Asia, along with India and China.

Trending Topic